Suluk di dayah Darussa’adah Kota Fajar (2-Habis)

Suluk di dayah Darussa’adah Kota Fajar (2-Habis)

Kegiatan suluk yang sama juga dapat kita saksikan di Dayah Daruss’adah, Kota Fajar, Kluet Utara yang kini dipimpin oleh Tgk H Hasbi Nya’  Diwa. Tidak mudah untuk menelusuri kegiatan suluk di sini. Soalnya pimpinan Pesantren agak keberatan dipublikasi dengan alasan suluk bukan untuk gagah-gagahan,tapi ibadah berseri kepada Allah. Namun setelah diberi pengertian bahwa ajaran suluk juga bermanfaat bagi masyarakat yang sempat mengikuti, Akhirnya ulama  ini mengalah.

Seraya mengucap sebuah hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwatkan oleh Muad bin Jabal: “sesungguhnya sedikit dari ria itulah syirik.dan sesungguhnya orang yang memusuhi kekasih Allah , maka sungguh dia telah melawan Allah dengan peperangan. Dan sesungguhnya Allah mencintai orang yang taqwa lagi menyamarkan dirinya (tidak ingin masyhur) yaitu orang-orang kalau pergi  (tidak hadir) mereka dicari, dan kalau mereka hadir tidak diundang dan tidak dikenal. Hati mereka bagaikan lampu yang memberi  petunjuk.’’
Hadist itulah yang dikutip Tgk H Hasbi Nya’ Diwa, ketika mulai diwawancara Serambi mengawali pembincaraan ibadah suluk di kediamannya.
Tgk.Hasbi Nyak  Diwa yang masyarakat memanggilnya Abon menjelaskan, sejak  21 Sya’ban atau sepuluh hari lagi menjelang puasa, sejumlah masyarakat sebagian besar terdiri dari orang tua-tua berdatangan ke Pesantren ini guna mengikuti ibadah suluk.
Para jamaah suluk ini-sebagaimana Ramadhan yang sudah-sudah- jumlahnya akan bertambah pada hari pertama, 10 dan 20 Ramadhan. Pengikut ini bukan saja datang dari berbagai wilayah  Kleut  Utara, bahkan dari berbagai kecamatan seperti dari Simpang Kiri, Trumon,Bakongan. Tangan-Tangan dan Manggeng malah ada dari Aceh Tenggara  yang seluruhnya berjumlah sekitar 300 orang. Mereka hadir di sini atas kemauan sendiri semata-mata untuk  kalut ( Khaluet)  dalam bilik khalwat serta menghindari segala kegiatan dunia,” kata Abon.
Menurut Ulama ini, bagi pengikut suluk harus menjalankan beberapa ketentuan. Antara lain tidak memakan makanan berdarah, menghindari percakapan yang kurang bermanfaat, kecuali sebatas yang di hajatkan sesama  jamaah suluk. Hari-hari yang dijalani pengikut suluk lebih banyak berzikir dan amalan-amalan rohani yang dilaksanakan dalam bilik khalwat.

Kendati kegiatan suluk ini semata-mata berzikir dan mensucikan jiwa dari  pengaruh keduniaan, tapi para jammah suluk diberi waktu istirahat dan tidur pada jam-jam tertentu. Bahkan pengikut suluk dari laki-laki dan kaum perempuan berusia lanjut itu diberi “riadah badaniah” (kerja bakti)sebagai olahraga dari pukul 07.00 sampai pukul 09.00  setiap pagi dengan mengambil batu kerikil di pinggiran sungai, yang tidak berapa jauh dari kompleks  untuk bahan bangunan pesantren tersebut. ‘’Riadah badaniah ini bertujuan agar fisik mereka tetap kuat saat mengamalkan ibadah kalut.
Selesai shalat Magrib dan makan para jamaah suluk  berkumpul di Majelis Irsyad untuk mendengarkan ceramah dari beberapa Mursyid(pembimbing) selama satu jam. Materi ceramah berkisar seputar bimbingan cara mengamalkan shalawat kepada Nabi, cara berzikir dan cara bacaan-bacaan lainnya dalam pengamalan thariqat Naqsyahbandiyah. Cerahmah ini diberikan oleh setiap Mursyid setiap periodik, disamping Tgk.H.Hasbi Nya’Diwa  sebagai penceramah juga disampaikan oleh Tgk Marjohan, Tgk.Baihaqi Pelumat,Tgk Aziz dan Tgk Fathani.
Seusai  mengikuti petuah Mursyid sekitar 1 jam,  kemudian melaksanakan Shalat isya dan Tarawih. Setelah tidur sekitar 1 jam, masing-masing bangun shalat sunnat Tahajjud dan Tahajjud hingga menjelang Sahur. Setelah shalat subuh kembali ke bilik khalwat untuk istirahat atau tidur dan sebagian jika dirasa  kuat terus berzikir hingga pukul 7.00.
Setelah itu pengikut suluk  mengikuti riadhah badaniah membersihkan tempat khalwat atau membawa batu kerikil dari sungai. Sehabis mandi kembali ke bilik khalwat guna bershalawat dan berzikir hingga menjelang dhuhur. Antara dhuhur dan shalat ashar mereka tidur dan istirahat  dan sehabis ashar denganTawajuh, bersiap-siap menghadapi buka puasa  setelah selesai mandi, jika Tgk H Hasbi NYa’ Diwa.
M Rahim (55) peserta kalut dan ditanya saat istirahat menunggu shalat isya di Majlis irsyad mengatakan, ia telah tiga kali menjadi jamaah suluk di Dayah Daruss’adah, “sejak mengikuti suluk ini,  jiwa saya semakin tentram dan dekat dengan sang khalik berkat amalan-amalan zikir yang di ajarkan Mursyid, sehingga amalan zikir itu terus terbiasa dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Menurut M Rahim , suasana sepi dan penuh dengan kegiatan shalawat serta zikir di bilik khalwat itu bisa menghidupkan rasa ingat dan cinta kepada Tuhan. Bahkan tak jarang kami menangis lantaran teringat dosa-dosa yang lalu sekaligus mohon keampunan  dari Allah.
Memang kegiatan ibadah kalut jika dilaksanakan secara khusuk dan ikhlas tidak sedikit pun  dipengaruhi kegiatan yang bersifat keduniaan, pasti hasilnya dapat dirasakan langsung oleh yang bersangkutan  dengan memperoleh ketenangan batin. Bahkan lebih lezat  lagi saat  berzikir yang dilakukan penuh konsentrasi sehingga mendatangkan asyik dan maksyuk yaitu fanabillah, kata seorang peserta suluk dari Krueng Luwas, Trumon.
Justru tak ada yang lebih nikmat di dunia ini, selain saat-saat kita menangis bersudu-sedu sewaktu minta agar dosa diampunkan oleh Allah, kata Tgk Marjohan pembimbing suluk di Dayah Daruss’adah.
(nun/su/ch)
( Sumber: Serambi Indonesia, Selasa,  1 Maret   1994 hlm 7 ).

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑